buat postingan pertama ada yang mau numpang posting nih hhe
cekidot..
Oleh: Ahmad Rofasi
Nama saya Ahmad Rofasi. Kata orang saya ini suka bercanda, periang, usil dan sering ngomong yang gak jelas. Tapi sifat saya yang paling menjengkelkan adalah ketika saya melamun. Menurut orang-orang, mungkin saya adalah orang yang biasa-biasa saja, tapi saya adalah orang yang tidak biasa, setelah mengalami hal yang tidak biasa. Kejadian itu dimulai pada hari jumat, 5 janunari.
“hey rof, jangan pulang dulu, besok piket” teriak sisi.
“males ah” jawabku singkat.
“saya laporin yah ke bu titin” teriaknya lagi.
“ia..ia nanti saya tidak pulang” jawabku.
Bel pulang pun berbunyi. Sisi langsung memegangi tanganku, menahan agar tidak pulang. Mulailah saya dan beberapa teman saya termasuk sisi membereskan ruangan. Karna terlalu fokus dengan yang saya kerjakan, sehingga saya tidak sadar kalau ruangan sudah sepi. Ketika saya sadar langsunglah saya bergegas untuk pulang, pada saat melangkah keluar pintu, saya lihat di sana ada sebuah kalender yang jatuh dilantai, bagian depannya menunjukan bulan Januari. Ku ambil kalender itu hendak ku taruh di meja guru, akan tetapi sebuah kertas jatuh dari dalam kalender itu. Ternyata kertas itu merupakan sebuah pesan yang isinya begini.
“jaga dan sayangilah semua orang yang ada di sekitarmu. Dan ingatlah aku ada di belakangmu”
Dan dibagian belakangnya tertulis:
“amati semua tanda”
selesai membaca tulisan itu dadaku berdegup dua kali dug..dug..dug..dug.. mungkin begitulah bunyinya. Ku letakkan kalender tadi di atas meja. Keesokan harinya belajar seperti biasa, dan sampailah pada jam terakhir, dikelas sedang belajar bahasa jepang. Saat itu guru membahas tentang benda-benda di dalam kelas. Mulai dari meja, kursi, papan tulis, dan saya terkaget ketika sensei (nama panggilan untuk guru bahasa jepang) menyebutkan bahasa jepang dari kalender, yaitu karenda. Mendengar itu saya langsung memikirkan kerenda (Yaitu benda yang biasa digunakan untuk membawa mayat), Dan langsung teringat kejadian kemarin. Muncul pertanyaan-pertanyaan di fikiran ku.
“Apakah kalender dan tulisan itu ada hubungannya dengan kematian?”.
“Apakah itu benar?”, itulah pertanyaan yang selalu muncul di fikiran ku sampai pulang sekolah.
Bel pulang berbunyi, beberapa siswa langsung pulang dan sebagian tetap di kelas termasuk saya, yang masih terganggu dengan pertanyaan yang muncul. Akhirnya ku putuskan untuk melupakan pertanyaan itu. Sebentar kulihat di sekelilingku, dan pandanganku berhenti pada sebuah buku absen yang begitu menarik perhatian ku. Ku dekati dan kulihat nama-nama murid yang tercantum di situ, dari nomor satu ,dua, tiga dan terus sampai pada nomor 21, pada nomor tersebut seharusnya tercantum nama Putri, tetapi tidak ada nama tersebut. melihat hal itu dadaku kembali berdegup seperti kemarin, tapi kali ini terasa sakit . karna begitu sakit, saya putuskan untuk pulang.
Di depan sekolah terlihat kerumunan orang yang sedang saling bercakap-cakap entah mengenai apa. Karna rasa ingin tahu yang sangat tinggi langsung saja saya bergabung dalam kerumunan itu. Begitu kagetnya saya, ternyata temanku Putri tertabrak mobil ketika ia hendak menyebrang. Dan ia langsung meninggal di tempat kejadian.
Dengan perasaan gugup saya langsung naik ojek yang telah saya berhentikan. 10 menit sampilah dirumah, tukang ojek pun menagih ongkos perjalananku dan langsung saja ku bayar ongkosnya.
Dan langsung masuk kedalam rumah dan ku lihat di jam dinding, terlihat pukul 12.00. melihat nomor 12 itu dadaku kembali berdegup, dan langsung ku rebahkan badan ke tempat tidur tanpa mencopot baju serAgam ku, hingga terlelap dalam tidur. Tidak terasa adzan ashar berbunyi, disusul dengan suara ibuku.
Langsung saja ku angkat badan yang terasa berat dan mengambil air wudhu. Dan solat berjamaah di masjid. Setelah itu saya pulang kerumah dan memikirkan perihal apa yang akan terjadi pada Handika. Ia adalah siswa yang bernomor absen 12. jika benar tentang kalender itu, maka akan terjadi sesuatu pada Handika.
Dua hari berselang, tidak terdengar berita apapun tentang Handika. Hati saya pun mulai senang, karna mungkin kutukan kalender itu tidak benar. Tapi mungkin saya terlalu cepat senang. Saat istirahat, ketika siswa lain pergi ke kantin, Handika pergi ke ruang aula dengan membawa netbooknya, hendak mengerjakan tugas bahasa Indonesia. Malang baginya ketika hendak menyambungkan netbooknya pada sumber lisrik, sikringnya mengalamai konsleting dan Handika pun tersengat listrik yang amat besar sekali tegangannya. Dan ia langsung meninggal di tempat kejadian.
Tiga bulan berlalu, saya tidak pernah lagi melihat tanda yang biasa muncul. Sampai pada hari jum’at ketika pelajaran matematika yang sedang membahas tentang logarithma. Saat itu guru yang sedang mengajar menanyakan jawaban nomor 2 pada halaman 65 pada seorang siswa. Dan siswa tersebut menjawab dengan lantang “ dua puluh pak” katanya. Mendengarnya dadaku kembali berdegup dengan keras. Dan langsung terfikir seorang yang bernomor absen 20, yaitu Nur Aisah Rahmayanti. Kembali ku bertarung dengan pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
“apakah akan ada korban lagi?”
“adakah yang bisa menghentikan semuanya?”
Besoknya terdengar kabar kalau Nur Aisah Rahmayanti telah meninggal di dalam kamar mandi rumahnya. Kejadian-kejadian itu sungguh mengubah dunia ku. Semula ku tak peduli dengan semua teman- teman yang ada di sekitar ku. Tapi sekarang saya menjadi super perhatian dengan semua teman-teman ku.
Pertanda selanjutnya adalah nomor satu, Pertanda itu saya dapat ketika di adakannya rapat di kelasku. Siang itu boby (KM di kelas ku) beserta teman yang lain sedang memperdebatkan masalah pendekorasian kelas.
“ eh tema kelas kita apa nih?” Tanya boby.
“ gimana kalau satu!!” jawab salah satu teman ku.
Spontan dada ku kembali berdegup dengan keras dan cepat. Dalam benakku terucap,
“sekarang giliran Agam”
Benar saja tak lama setelah menerima pertanda itu, teman saya yang satu itu meninggal tanpa diketahui sebab dan akibatnya.
Dengan bermaksud melupakan semua kejadian yang telah terjadi, sebulan setelah meninggalnya Agam. Semua siswa di kelasku yang hanya tersisa 25 orang. Pergi ke sebuah bioskop di kota sebelah. Hendak menonton film 2012, film ini menceritakan tentang akhir dunia. Di mana pada tahun 2012 di ramalkan oleh suku maya adalah tahun terakhir adanya dunia. 25 tiket telah di beli dan kami mulai masuk ke ruang bioskop. Saat filmnya di putar, entah kenapa dada saya berdegup dengan frekuensi yang tidak teratur. Jarang sekali bagiku untuk menonton film itu, karna terkadang dada saya terasa sakit dan kadang biasa saja.
Sempat saya melihat adegan pada sebuah penggambaran lewat tayangan animasi yang menerangkan bahwa kiamat atau akhir dunia akan terjadi pada tanggal 21-12-2012. saya mencoba mengaitkan tanggal tersebut. Dan saya mendapat gambaran tentang kematian empat teman saya.
Angka (21) menunjukan tanggal meningganya Putri (12) tanggal meninggalnya Handika (20) meninggalnya Nur Aisah Ramayanti (1) tanggal meninggalnya Agam. Tapi angka dua menunjukan apa?
Dan ku tersadar kalau mereka mati berdasarkan absensi kelas. Berarti nomor dua menunjukan anak yang bernomor absen 2. yang tidak lain adalah saya sendiri. Dengan perasaan gugup, takut, sedih, dan rasa galau yang saya simpan sendiri. Saya dan teman yang lain keluar dari bioskop itu. Kami memutuskan untuk makan di tempat makan yang ada di situ. Ketika kami berjalan-jalan berkeliling mencari tempat untuk makan. Pada sebuah eskalator di lantai 4, tidak sengaja salah satu teman saya mendorong saya hingga saya jatuh dari lantai 4 sampai ke lantai 1. kepala saya pecah hingga tidak bisa di kenali lagi. Dan tiba-tiba.
“ pok..pok..hey ca ngelamun aja lo mah. Ke kantin yuk” Boby menepuk pundakku.
“ astaghfirullah hal adzim” teriakku dengan muka ke bingungan dan ceingukan kesana kemari.
“ alhamdulilah ternyata Cuma lamunan” lanjutku.
“ apa’an?” Tanya boby.
“o….enggak” jawabku.
SEKIAN TERIMA KASIH
absen :
1. Aa agung kusuma
2. Ahmad Rofasi
3. Anggia DS
4..................
5..................
cekidot..
Oleh: Ahmad Rofasi
Nama saya Ahmad Rofasi. Kata orang saya ini suka bercanda, periang, usil dan sering ngomong yang gak jelas. Tapi sifat saya yang paling menjengkelkan adalah ketika saya melamun. Menurut orang-orang, mungkin saya adalah orang yang biasa-biasa saja, tapi saya adalah orang yang tidak biasa, setelah mengalami hal yang tidak biasa. Kejadian itu dimulai pada hari jumat, 5 janunari.
“hey rof, jangan pulang dulu, besok piket” teriak sisi.
“males ah” jawabku singkat.
“saya laporin yah ke bu titin” teriaknya lagi.
“ia..ia nanti saya tidak pulang” jawabku.
Bel pulang pun berbunyi. Sisi langsung memegangi tanganku, menahan agar tidak pulang. Mulailah saya dan beberapa teman saya termasuk sisi membereskan ruangan. Karna terlalu fokus dengan yang saya kerjakan, sehingga saya tidak sadar kalau ruangan sudah sepi. Ketika saya sadar langsunglah saya bergegas untuk pulang, pada saat melangkah keluar pintu, saya lihat di sana ada sebuah kalender yang jatuh dilantai, bagian depannya menunjukan bulan Januari. Ku ambil kalender itu hendak ku taruh di meja guru, akan tetapi sebuah kertas jatuh dari dalam kalender itu. Ternyata kertas itu merupakan sebuah pesan yang isinya begini.
“jaga dan sayangilah semua orang yang ada di sekitarmu. Dan ingatlah aku ada di belakangmu”
Dan dibagian belakangnya tertulis:
“amati semua tanda”
selesai membaca tulisan itu dadaku berdegup dua kali dug..dug..dug..dug.. mungkin begitulah bunyinya. Ku letakkan kalender tadi di atas meja. Keesokan harinya belajar seperti biasa, dan sampailah pada jam terakhir, dikelas sedang belajar bahasa jepang. Saat itu guru membahas tentang benda-benda di dalam kelas. Mulai dari meja, kursi, papan tulis, dan saya terkaget ketika sensei (nama panggilan untuk guru bahasa jepang) menyebutkan bahasa jepang dari kalender, yaitu karenda. Mendengar itu saya langsung memikirkan kerenda (Yaitu benda yang biasa digunakan untuk membawa mayat), Dan langsung teringat kejadian kemarin. Muncul pertanyaan-pertanyaan di fikiran ku.
“Apakah kalender dan tulisan itu ada hubungannya dengan kematian?”.
“Apakah itu benar?”, itulah pertanyaan yang selalu muncul di fikiran ku sampai pulang sekolah.
Bel pulang berbunyi, beberapa siswa langsung pulang dan sebagian tetap di kelas termasuk saya, yang masih terganggu dengan pertanyaan yang muncul. Akhirnya ku putuskan untuk melupakan pertanyaan itu. Sebentar kulihat di sekelilingku, dan pandanganku berhenti pada sebuah buku absen yang begitu menarik perhatian ku. Ku dekati dan kulihat nama-nama murid yang tercantum di situ, dari nomor satu ,dua, tiga dan terus sampai pada nomor 21, pada nomor tersebut seharusnya tercantum nama Putri, tetapi tidak ada nama tersebut. melihat hal itu dadaku kembali berdegup seperti kemarin, tapi kali ini terasa sakit . karna begitu sakit, saya putuskan untuk pulang.
Di depan sekolah terlihat kerumunan orang yang sedang saling bercakap-cakap entah mengenai apa. Karna rasa ingin tahu yang sangat tinggi langsung saja saya bergabung dalam kerumunan itu. Begitu kagetnya saya, ternyata temanku Putri tertabrak mobil ketika ia hendak menyebrang. Dan ia langsung meninggal di tempat kejadian.
Dengan perasaan gugup saya langsung naik ojek yang telah saya berhentikan. 10 menit sampilah dirumah, tukang ojek pun menagih ongkos perjalananku dan langsung saja ku bayar ongkosnya.
Dan langsung masuk kedalam rumah dan ku lihat di jam dinding, terlihat pukul 12.00. melihat nomor 12 itu dadaku kembali berdegup, dan langsung ku rebahkan badan ke tempat tidur tanpa mencopot baju serAgam ku, hingga terlelap dalam tidur. Tidak terasa adzan ashar berbunyi, disusul dengan suara ibuku.
Langsung saja ku angkat badan yang terasa berat dan mengambil air wudhu. Dan solat berjamaah di masjid. Setelah itu saya pulang kerumah dan memikirkan perihal apa yang akan terjadi pada Handika. Ia adalah siswa yang bernomor absen 12. jika benar tentang kalender itu, maka akan terjadi sesuatu pada Handika.
Dua hari berselang, tidak terdengar berita apapun tentang Handika. Hati saya pun mulai senang, karna mungkin kutukan kalender itu tidak benar. Tapi mungkin saya terlalu cepat senang. Saat istirahat, ketika siswa lain pergi ke kantin, Handika pergi ke ruang aula dengan membawa netbooknya, hendak mengerjakan tugas bahasa Indonesia. Malang baginya ketika hendak menyambungkan netbooknya pada sumber lisrik, sikringnya mengalamai konsleting dan Handika pun tersengat listrik yang amat besar sekali tegangannya. Dan ia langsung meninggal di tempat kejadian.
Tiga bulan berlalu, saya tidak pernah lagi melihat tanda yang biasa muncul. Sampai pada hari jum’at ketika pelajaran matematika yang sedang membahas tentang logarithma. Saat itu guru yang sedang mengajar menanyakan jawaban nomor 2 pada halaman 65 pada seorang siswa. Dan siswa tersebut menjawab dengan lantang “ dua puluh pak” katanya. Mendengarnya dadaku kembali berdegup dengan keras. Dan langsung terfikir seorang yang bernomor absen 20, yaitu Nur Aisah Rahmayanti. Kembali ku bertarung dengan pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
“apakah akan ada korban lagi?”
“adakah yang bisa menghentikan semuanya?”
Besoknya terdengar kabar kalau Nur Aisah Rahmayanti telah meninggal di dalam kamar mandi rumahnya. Kejadian-kejadian itu sungguh mengubah dunia ku. Semula ku tak peduli dengan semua teman- teman yang ada di sekitar ku. Tapi sekarang saya menjadi super perhatian dengan semua teman-teman ku.
Pertanda selanjutnya adalah nomor satu, Pertanda itu saya dapat ketika di adakannya rapat di kelasku. Siang itu boby (KM di kelas ku) beserta teman yang lain sedang memperdebatkan masalah pendekorasian kelas.
“ eh tema kelas kita apa nih?” Tanya boby.
“ gimana kalau satu!!” jawab salah satu teman ku.
Spontan dada ku kembali berdegup dengan keras dan cepat. Dalam benakku terucap,
“sekarang giliran Agam”
Benar saja tak lama setelah menerima pertanda itu, teman saya yang satu itu meninggal tanpa diketahui sebab dan akibatnya.
Dengan bermaksud melupakan semua kejadian yang telah terjadi, sebulan setelah meninggalnya Agam. Semua siswa di kelasku yang hanya tersisa 25 orang. Pergi ke sebuah bioskop di kota sebelah. Hendak menonton film 2012, film ini menceritakan tentang akhir dunia. Di mana pada tahun 2012 di ramalkan oleh suku maya adalah tahun terakhir adanya dunia. 25 tiket telah di beli dan kami mulai masuk ke ruang bioskop. Saat filmnya di putar, entah kenapa dada saya berdegup dengan frekuensi yang tidak teratur. Jarang sekali bagiku untuk menonton film itu, karna terkadang dada saya terasa sakit dan kadang biasa saja.
Sempat saya melihat adegan pada sebuah penggambaran lewat tayangan animasi yang menerangkan bahwa kiamat atau akhir dunia akan terjadi pada tanggal 21-12-2012. saya mencoba mengaitkan tanggal tersebut. Dan saya mendapat gambaran tentang kematian empat teman saya.
Angka (21) menunjukan tanggal meningganya Putri (12) tanggal meninggalnya Handika (20) meninggalnya Nur Aisah Ramayanti (1) tanggal meninggalnya Agam. Tapi angka dua menunjukan apa?
Dan ku tersadar kalau mereka mati berdasarkan absensi kelas. Berarti nomor dua menunjukan anak yang bernomor absen 2. yang tidak lain adalah saya sendiri. Dengan perasaan gugup, takut, sedih, dan rasa galau yang saya simpan sendiri. Saya dan teman yang lain keluar dari bioskop itu. Kami memutuskan untuk makan di tempat makan yang ada di situ. Ketika kami berjalan-jalan berkeliling mencari tempat untuk makan. Pada sebuah eskalator di lantai 4, tidak sengaja salah satu teman saya mendorong saya hingga saya jatuh dari lantai 4 sampai ke lantai 1. kepala saya pecah hingga tidak bisa di kenali lagi. Dan tiba-tiba.
“ pok..pok..hey ca ngelamun aja lo mah. Ke kantin yuk” Boby menepuk pundakku.
“ astaghfirullah hal adzim” teriakku dengan muka ke bingungan dan ceingukan kesana kemari.
“ alhamdulilah ternyata Cuma lamunan” lanjutku.
“ apa’an?” Tanya boby.
“o….enggak” jawabku.
SEKIAN TERIMA KASIH
absen :
1. Aa agung kusuma
2. Ahmad Rofasi
3. Anggia DS
4..................
5..................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar