Senin, 07 Januari 2013

Bukan Salah April


Suara teriakan mamah belum terdengar sampai jam enam lewat lima menit. Padahal biasanya jam enam kurang sepuluh menit mamah udah teriak-teriak. Gue memang anak mamah yang paling susah tidur dan paling susah bangun juga. Adik gue yang hanya berbeda dua tahun dari gue, selalu dipuji setiap pagi sama mamah dan papah. Bayangin aja jam enam teng dia pasti udah beres mandi, engga kaya gue malesnya engga ketulungan. Adik gue yang belakangan ini lagi giat-giatnya mancing emosi gue, berhasil mancing emosi gue pagi ini. Semalem sebelum gue tidur, gue sempet nulis di buku harian gue tentang Joni, cowo pindahan yang belakangan bikin gue cenat cenut. Saking isengnya adik gue itu malah nyodorin buku biru gue ke papah. Berhasil. Pagi-pagi gue udah jadi bahan tertawaan mereka. Please deh, gue lagi suka sama cowok kok diketawain sih. Normal kan, ya.

Emang awal perjumpaan gue ama dia tepat pada situasi dan kondisi yang engga ngenakin banget. Awal gue ketemu Joni itu pas gue lagi telat dateng ke sekolah dan gue mohon-mohon sama Pak Satpam buat bukain gerbang, Joni dateng dan bilang gini.
“Tolong bukain gerbangnya, pak.”
So sweet banget kan? Ya jelaslah, wong dia juga sama aja telat. Haha. Setelah diizinin masuk, dia udah pergi aja tanpa memperdulikan gue. Dan gue udah ngerasa suka sama dia.
            Waktu istirahat udah abis. Tapi gue lagi males banget masuk ke kelas pak Leo. Mendingan gue ngintipin Joni aja yang lagi belajar, pasti cute banget deh. Pas mau ke kelas Joni, gue ngeliat si Bejo dipanggil sama bu Fahira. Gue pengen tau banget perbincangan mereka. Gue jalan pelan-pelan di belakang mereka. Pas mereka nengok ke belakang, gue langsung ngumpet aja.
            Gue masih fokus ngedengerin pembicaraan mereka, sampe gue engga sadar kalo dari tadi ada yang nyolek-nyolek dari belakang.
            “Ih, diem deh. Huuuuusssst.”
            Bodohnya gue yang engga tau kalo tempat persembunyian gue itu adalah kelasnya Joni yang lagi belajar. Malu banget gue, apalagi pas gue liat Joni cuma tersenyum simpul, sedangkan murid yang lain ngakak banget.
            “Kamu anak kelas satu, kan? Ngapain ke kelas tiga.”
            “Anu pak tadi lagi ngumpet. Hehehehe.”
            “Silahkan kembali ke kelas kamu.”    
            “Baik, pak.”
            Hancur reputasi gue di mata anak kelas 3. Di mata Joni juga sama hancurnya. Pasti Joni ilfeel banget deh. Jangankan Joni, gue aja ilfeel sama diri gue sendiri.   Sesekali gue liat wajah Joni, senyumnya kecut banget, ketawanya juga sekenanya. Ayolah Joni, lihat gue. Lihat gue. Inget gue dong, yang waktu itu pernah lo tolongin pas gue telat dan gerbang udah ditutup. Ayo Jon, gue yakin lo pasti inget.
Kejadian tadi bener-bener matiin dunia gue. Istilahnya nih yah, gue lagi naik motor ngebut banget, eh tiba-tiba ada krikil. Nahloh, ya gue jatoh lah. Di saat seharusnya gue cari perhatian dan tebar-tebar pesona sama Joni, gue malah bikin Joni ilfeel seketika.
            Gue engga perduli apapun yang orang-orang omongin tentang Joni. Gue emang engga tau kenapa gue suka sama Joni, bukankah ini namanya rasa suka yang sesungguhnya? Menyukainya tanpa mengetahui alasan. Secara fisik, Joni memang mudah dikagumi banyak perempuan. Tapi terlepas dari itu gue melihat dia dari sudut pandang yang berbeda. Cuma dia dan hanya dia alesan gue untuk rajin ke sekolah, bangun pagi-pagi dan mengubah segala perilaku buruk gue. Dan itu gue lakuin hanya untuk mencari perhatian dia. Cukup satu kali gue mempermalukan diri gue di depan Joni.
             Seminggu sejak kejadian memalukan di ruang kelas Joni, gue belum ngeliat Joni lagi, apalagi kenalan sama dia. Gue tau dia dan dia engga tau gue. Rasa rindu mulai hadir dalam setiap alunan nyanyian lagu indah perasaan gue ini. Gue emang orang yang ceroboh dan orang yang sering memalukan diri, tapi satu hal, aku akan menggapai dia dengan kesempurnaan dan bukan dengan kecerobohan.
            Bejo mendekati gue yang lagi galau banget mikirin Joni.
            “Noh, si Joni lagi gandengan sama pacar barunya.”
            “Gue engga perduli, Jo.”
            “Lo kan suka sama dia.”
            “Iya, tapi perasaan gue engga berharap dengan sangat untuk dibales sama dia. Dia pasti Ilfeel banget sama gue. Aaarrgh. Gimana caranya gue untuk menghapus suka gue ini.”
            “Gue engga nyangka lo sampe segitunya, Pril.”
            “Ya ampun, Jo. Lo engga tau kan. Dia yang udah bikin dunia gue berbalik 180 derajat. Gue ngerasa jadi April yang engga ceroboh lagi.”
            “Bukan salah lo, Pril.”

PENGANTAR


Bagaimanapun hidup harus tetap berjalan. Sesulit apapun rintangan yang menghadang, seberat apapun beban yang memberatkan pundakku, aku harus tetap berdiri. Menatap apa yang seharusnya kutatap, meraih apa yang seharusnya kuraih. Bukankah terlambat itu bukan menjadi masalah? Yang menjadi masalah adalah apabila aku tidak melakukannya sama sekali. Bukankah hidup ini untuk hidup? Ya, untuk hidup yang abadi dengan yang tersayang. Aku tahu jatuh itu memang sakit, aku tahu hidup juga tak selamanya tegak menatap depan. Ada kalanya aku harus jatuh dan tertunduk ke bawah. 

KALENDER

buat postingan pertama ada yang mau numpang posting nih hhe

cekidot..


Oleh: Ahmad Rofasi

Nama saya Ahmad Rofasi. Kata orang saya ini suka bercanda, periang, usil dan sering ngomong yang gak jelas. Tapi sifat saya yang paling menjengkelkan adalah ketika saya melamun. Menurut orang-orang, mungkin saya adalah orang yang biasa-biasa saja, tapi saya adalah orang yang tidak biasa, setelah mengalami hal yang tidak biasa. Kejadian itu dimulai pada hari jumat, 5 janunari. 

“hey rof, jangan pulang dulu, besok piket” teriak sisi.
“males ah” jawabku singkat.
“saya laporin yah ke bu titin” teriaknya lagi.
“ia..ia nanti saya tidak pulang” jawabku.

Bel pulang pun berbunyi. Sisi langsung memegangi tanganku, menahan agar tidak pulang. Mulailah saya dan beberapa teman saya termasuk sisi membereskan ruangan. Karna terlalu fokus dengan yang saya kerjakan, sehingga saya tidak sadar kalau ruangan sudah sepi. Ketika saya sadar langsunglah saya bergegas untuk pulang, pada saat melangkah keluar pintu, saya lihat di sana ada sebuah kalender yang jatuh dilantai, bagian depannya menunjukan bulan Januari. Ku ambil kalender itu hendak ku taruh di meja guru, akan tetapi sebuah kertas jatuh dari dalam kalender itu. Ternyata kertas itu merupakan sebuah pesan yang isinya begini.

“jaga dan sayangilah semua orang yang ada di sekitarmu. Dan ingatlah aku ada di belakangmu”

Dan dibagian belakangnya tertulis:

“amati semua tanda”

selesai membaca tulisan itu dadaku berdegup dua kali dug..dug..dug..dug.. mungkin begitulah bunyinya. Ku letakkan kalender tadi di atas meja. Keesokan harinya belajar seperti biasa, dan sampailah pada jam terakhir, dikelas sedang belajar bahasa jepang. Saat itu guru membahas tentang benda-benda di dalam kelas. Mulai dari meja, kursi, papan tulis, dan saya terkaget ketika sensei (nama panggilan untuk guru bahasa jepang) menyebutkan bahasa jepang dari kalender, yaitu karenda. Mendengar itu saya langsung memikirkan kerenda (Yaitu benda yang biasa digunakan untuk membawa mayat), Dan langsung teringat kejadian kemarin. Muncul pertanyaan-pertanyaan di fikiran ku. 

“Apakah kalender dan tulisan itu ada hubungannya dengan kematian?”. 
“Apakah itu benar?”, itulah pertanyaan yang selalu muncul di fikiran ku sampai pulang sekolah. 

Bel pulang berbunyi, beberapa siswa langsung pulang dan sebagian tetap di kelas termasuk saya, yang masih terganggu dengan pertanyaan yang muncul. Akhirnya ku putuskan untuk melupakan pertanyaan itu. Sebentar kulihat di sekelilingku, dan pandanganku berhenti pada sebuah buku absen yang begitu menarik perhatian ku. Ku dekati dan kulihat nama-nama murid yang tercantum di situ, dari nomor satu ,dua, tiga dan terus sampai pada nomor 21, pada nomor tersebut seharusnya tercantum nama Putri, tetapi tidak ada nama tersebut. melihat hal itu dadaku kembali berdegup seperti kemarin, tapi kali ini terasa sakit . karna begitu sakit, saya putuskan untuk pulang. 

Di depan sekolah terlihat kerumunan orang yang sedang saling bercakap-cakap entah mengenai apa. Karna rasa ingin tahu yang sangat tinggi langsung saja saya bergabung dalam kerumunan itu. Begitu kagetnya saya, ternyata temanku Putri tertabrak mobil ketika ia hendak menyebrang. Dan ia langsung meninggal di tempat kejadian.
Dengan perasaan gugup saya langsung naik ojek yang telah saya berhentikan. 10 menit sampilah dirumah, tukang ojek pun menagih ongkos perjalananku dan langsung saja ku bayar ongkosnya.
Dan langsung masuk kedalam rumah dan ku lihat di jam dinding, terlihat pukul 12.00. melihat nomor 12 itu dadaku kembali berdegup, dan langsung ku rebahkan badan ke tempat tidur tanpa mencopot baju serAgam ku, hingga terlelap dalam tidur. Tidak terasa adzan ashar berbunyi, disusul dengan suara ibuku.
Langsung saja ku angkat badan yang terasa berat dan mengambil air wudhu. Dan solat berjamaah di masjid. Setelah itu saya pulang kerumah dan memikirkan perihal apa yang akan terjadi pada Handika. Ia adalah siswa yang bernomor absen 12. jika benar tentang kalender itu, maka akan terjadi sesuatu pada Handika. 
Dua hari berselang, tidak terdengar berita apapun tentang Handika. Hati saya pun mulai senang, karna mungkin kutukan kalender itu tidak benar. Tapi mungkin saya terlalu cepat senang. Saat istirahat, ketika siswa lain pergi ke kantin, Handika pergi ke ruang aula dengan membawa netbooknya, hendak mengerjakan tugas bahasa Indonesia. Malang baginya ketika hendak menyambungkan netbooknya pada sumber lisrik, sikringnya mengalamai konsleting dan Handika pun tersengat listrik yang amat besar sekali tegangannya. Dan ia langsung meninggal di tempat kejadian.
Tiga bulan berlalu, saya tidak pernah lagi melihat tanda yang biasa muncul. Sampai pada hari jum’at ketika pelajaran matematika yang sedang membahas tentang logarithma. Saat itu guru yang sedang mengajar menanyakan jawaban nomor 2 pada halaman 65 pada seorang siswa. Dan siswa tersebut menjawab dengan lantang “ dua puluh pak” katanya. Mendengarnya dadaku kembali berdegup dengan keras. Dan langsung terfikir seorang yang bernomor absen 20, yaitu Nur Aisah Rahmayanti. Kembali ku bertarung dengan pertanyaan-pertanyaan yang muncul.

“apakah akan ada korban lagi?”
“adakah yang bisa menghentikan semuanya?”

Besoknya terdengar kabar kalau Nur Aisah Rahmayanti telah meninggal di dalam kamar mandi rumahnya. Kejadian-kejadian itu sungguh mengubah dunia ku. Semula ku tak peduli dengan semua teman- teman yang ada di sekitar ku. Tapi sekarang saya menjadi super perhatian dengan semua teman-teman ku.
Pertanda selanjutnya adalah nomor satu, Pertanda itu saya dapat ketika di adakannya rapat di kelasku. Siang itu boby (KM di kelas ku) beserta teman yang lain sedang memperdebatkan masalah pendekorasian kelas. 

“ eh tema kelas kita apa nih?” Tanya boby.
“ gimana kalau satu!!” jawab salah satu teman ku.

Spontan dada ku kembali berdegup dengan keras dan cepat. Dalam benakku terucap,

“sekarang giliran Agam”


Benar saja tak lama setelah menerima pertanda itu, teman saya yang satu itu meninggal tanpa diketahui sebab dan akibatnya.
Dengan bermaksud melupakan semua kejadian yang telah terjadi, sebulan setelah meninggalnya Agam. Semua siswa di kelasku yang hanya tersisa 25 orang. Pergi ke sebuah bioskop di kota sebelah. Hendak menonton film 2012, film ini menceritakan tentang akhir dunia. Di mana pada tahun 2012 di ramalkan oleh suku maya adalah tahun terakhir adanya dunia. 25 tiket telah di beli dan kami mulai masuk ke ruang bioskop. Saat filmnya di putar, entah kenapa dada saya berdegup dengan frekuensi yang tidak teratur. Jarang sekali bagiku untuk menonton film itu, karna terkadang dada saya terasa sakit dan kadang biasa saja.

Sempat saya melihat adegan pada sebuah penggambaran lewat tayangan animasi yang menerangkan bahwa kiamat atau akhir dunia akan terjadi pada tanggal 21-12-2012. saya mencoba mengaitkan tanggal tersebut. Dan saya mendapat gambaran tentang kematian empat teman saya.
Angka (21) menunjukan tanggal meningganya Putri (12) tanggal meninggalnya Handika (20) meninggalnya Nur Aisah Ramayanti (1) tanggal meninggalnya Agam. Tapi angka dua menunjukan apa?

Dan ku tersadar kalau mereka mati berdasarkan absensi kelas. Berarti nomor dua menunjukan anak yang bernomor absen 2. yang tidak lain adalah saya sendiri. Dengan perasaan gugup, takut, sedih, dan rasa galau yang saya simpan sendiri. Saya dan teman yang lain keluar dari bioskop itu. Kami memutuskan untuk makan di tempat makan yang ada di situ. Ketika kami berjalan-jalan berkeliling mencari tempat untuk makan. Pada sebuah eskalator di lantai 4, tidak sengaja salah satu teman saya mendorong saya hingga saya jatuh dari lantai 4 sampai ke lantai 1. kepala saya pecah hingga tidak bisa di kenali lagi. Dan tiba-tiba.

“ pok..pok..hey ca ngelamun aja lo mah. Ke kantin yuk” Boby menepuk pundakku.
“ astaghfirullah hal adzim” teriakku dengan muka ke bingungan dan ceingukan kesana kemari.
“ alhamdulilah ternyata Cuma lamunan” lanjutku.
“ apa’an?” Tanya boby.
“o….enggak” jawabku.



SEKIAN TERIMA KASIH

absen :
1. Aa agung kusuma
2. Ahmad Rofasi
3. Anggia DS
4..................
5..................